Iklan

Pentingnya Jalani Ramadan dengan Bijak dalam Manajemen Konsumsi

Parentnial
Minggu, Februari 23, 2025 | 14:38 WIB Last Updated 2025-02-23T07:38:46Z


DEPOK -
- Ramadhan adalah momentum refleksi dan efisiensi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pola konsumsi. Namun, tak jarang, Ramadan justru identik dengan konsumsi makanan berlebihan, yang secara ekonomi boros dan secara kesehatan kurang ideal. Fenomena ini berlawanan dengan esensi Ramadan yang mengajarkan kesederhanaan dan pengendalian diri.


Demikian diantara benang merah dari acara Halaqah Gabungan dan Tarhib Ramadhan yang digelar Muslimat Hidayatullah Depok bersama PW Mushida Jawa Barat dengan tema “Ibu Hebat Mengantarkan Keluarga Sehat Menjalankan Ibadah Ramadhan di Gedung Aula Sekolah Pepimpin (SP) Hidayatullah Depok, pada Ahad (23/2/2025). 


Acara ini menghadirkan Febi Sukma, S.ST., M.Keb, seorang akademisi sekaligus aktivis kesehatan dan pemberdayaan perempuan muslimah, sebagai pemateri utama.


Menurut Febi, penting bagi kita untuk mengadopsi gaya hidup hemat dan sehat selama bulan suci ini, salah satunya dengan menyusun menu berbuka dan sahur yang sederhana namun tetap memenuhi kebutuhan gizi tubuh.


Salah satu kesalahan umum saat Ramadan adalah peningkatan pengeluaran untuk makanan. Banyak orang terdorong untuk membeli atau memasak berbagai jenis hidangan tanpa perencanaan matang.


"Akibatnya jelas, selain boros secara finansial, banyak makanan yang akhirnya terbuang sia-sia," kata Febi. 


Karena itu, untuk menghindari hal ini, strategi pengelolaan anggaran yang efektif perlu diterapkan, misalnya dengan menyusun daftar belanja berbasis kebutuhan esensial dan menghindari pembelian impulsif.


Hemat bukan berarti mengorbankan kesehatan. Justru, pola makan yang lebih sederhana dapat meningkatkan kualitas kesehatan karena cenderung menghindari makanan olahan dan berlemak tinggi. 

Mengurangi Porsi Makan


Salah satu hikmah Ramadan adalah melatih diri untuk hidup lebih sederhana dan fokus pada aspek spiritual. Ironisnya, banyak orang justru mengalami lonjakan berat badan selama Ramadan akibat pola makan yang tidak terkontrol saat berbuka dan sahur.


Febi mengajak para ibu untuk memasak dan makan secukupnya guna menghindari makanan terbuang sia-sia. Disamping itu, ajaran Islam melarang berlebih-lebihan dalam konsumsi makanan termasuk di bulan Ramadhan bertentangan dengan ajaran Islam. 


"Rasulullah sendiri berbuka puasa dengan beberapa butir kurma dan air sebelum melaksanakan shalat Magrib. Ini menunjukkan bahwa kesederhanaan adalah kunci utama dalam menjaga pola makan yang sehat,” ungkapnya.


Febi Sukma mengangkat bagaimana Ramadhan bisa menjadi momentum penting untuk membangun kesadaran kolektif terhadap lingkungan dan kesehatan. Ia menegaskan bahwa perubahan pola hidup selama bulan suci ini dapat memberikan dampak positif yang lebih luas jika dilakukan dengan kesadaran penuh.


Febi mengajak untuk mulai mengurangi konsumsi plastik, terutama dalam penggunaan kantong dan kemasan makanan sekali pakai. Ia menekankan bahwa ibu sebagai pengelola rumah tangga memiliki peran besar dalam menentukan kebiasaan keluarga. 


"Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan, ibu adalah penentu kelestarian lingkungan yang dimulai dari hal-hal terkecil seperti mulai mengurangi penggunaan plastik di rumah," tegasnya.


Lebih lanjut, Febi mengingatkan pentingnya mengurangi konsumsi makanan manis yang berlebihan. Kebiasaan ini, menurutnya, tidak hanya merugikan kesehatan tetapi juga menciptakan limbah makanan yang tidak perlu. 


"Kurangi konsumsi manis-manis sebagai sumber penyakit. Jika memasak, lakukan secukupnya agar tidak ada yang terbuang," ujarnya.


Febi juga menekankan bahwa puasa bukan alasan untuk mengabaikan olahraga dan aktivitas fisik. Ia mendorong masyarakat untuk tetap menjaga kebugaran tubuh meskipun sedang menjalankan ibadah puasa. "Kita ubah pola hidup kita agar tetap sehat, walaupun puasa harus tetap olahraga," serunya.


Febi mengutip Surah Al-A’raf Ayat 56 yang berbunyi "Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya. Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik."


Ayat tersebut, menurutnya, sangat relevan dengan semangat Ramadhan yang mengajarkan umat Islam untuk lebih peduli terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.


Febi dalam paparannya juga menekankan bahwa Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga merupakan madrasah untuk memperbaiki diri. 


"Mari kita manfaatkan bulan suci ini sebagai kesempatan untuk membangun kebiasaan yang lebih sehat dan ramah lingkungan," pungkasnya.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pentingnya Jalani Ramadan dengan Bijak dalam Manajemen Konsumsi

Trending Now

Iklan