Iklan

Ketika Rutinitas Menjadi Sangat Membosankan, Yuk Kita Refleksi!

Parentnial
Kamis, Februari 06, 2025 | 16:43 WIB Last Updated 2025-02-06T10:00:26Z


DALAM
menjalani kehidupan sehari-hari, kita sering kali mengalami kejenuhan dan kehilangan semangat dalam pekerjaan atau aktivitas yang kita lakukan. 


Terlepas dari profesi kita—baik sebagai karyawan, pengusaha, akademisi, atau bahkan ibu rumah tangga—rasa bosan dan malas bisa datang kapan saja. Hal ini semakin diperparah jika lingkungan sekitar tidak mendukung atau bahkan terasa "toxic." 


Namun, mengingat bahwa pekerjaan adalah bagian dari tanggung jawab dan amanah yang kita emban, kita tetap bertahan meskipun tanpa semangat yang utuh. 


Jika hari-hari ini Anda sedang merasa demikian, mari sejenak melakukan refleksi agar bisa mendapatkan energi baru dan makna yang lebih dalam dari apa yang kita jalani.


1. Memeriksa Niat


Setiap keputusan yang kita buat harus diawali dengan niat yang benar. Sebelum melakukan aktivitas, ada baiknya kita bertanya pada diri sendiri, apakah niat saya sudah benar? Segala sesuatu yang kita lakukan seharusnya berorientasi pada ibadah kepada Allah, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Adz Dzariyat ayat 56:


"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku"


Maka, dari bangun tidur hingga tidur kembali, hendaknya kita meniatkan segalanya untuk mencari ridha Allah. Dengan begitu, setiap aktivitas yang kita lakukan memiliki nilai ibadah. 


Jangan lupa mengawali segala sesuatu dengan Bismillah dan memastikan bahwa tindakan kita sesuai dengan aturan dan nilai-nilai yang Allah tetapkan. Sebagai parameter, tanyakan pada diri sendiri: 


Apakah pekerjaan yang saya lakukan ini mendekatkan saya kepada Tuhan? Apakah keputusan saya sudah sesuai dengan tuntunan agama? Apakah aktivitas saya ini malah jauhkan saya dari nilai-nilai agama? Apakah yang saya lakukan ini bermanfaat untuk saya dan orang lain?


Jika kita telah berada dalam jalur yang benar, maka sebaiknya kita terus berusaha istiqamah di dalamnya, meskipun terkadang terasa berat. Ketika rasa jenuh datang, perbarui niat dan ingatlah bahwa tujuan utama kita bukan sekadar materi, melainkan utk maslahat sesama dan mencari ridha Allah.


2. Bersabar dalam Proses


Setelah kita menata niat dengan benar, langkah berikutnya adalah bersabar. Allah tidak akan membiarkan seorang hamba beriman tanpa mengujinya. Dalam kehidupan, berbagai ujian pasti datang untuk menguji keteguhan dan kesungguhan kita.


Allah berfirman:


"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, 'Kami telah beriman,' dan mereka tidak diuji?" (QS. Al-Ankabut: 2)


Ketika kita telah memilih jalan yang benar, maka bersiaplah dengan tantangan yang datang. Selain itu, jangan pernah lengah terhadap godaan setan yang terus berusaha menyesatkan manusia. 


Bahkan, dalam kondisi kita merasa telah berada di jalur yang benar, setan tidak akan tinggal diam. Oleh karena itu, kita harus selalu meminta perlindungan kepada Allah dan menjaga keistiqamahan dalam menjalani setiap aktivitas.


3. Menjaga Rasa Syukur


Salah satu kunci kebahagiaan dalam hidup adalah bersyukur atas segala hal yang Allah berikan. Apa pun yang terjadi dalam hidup kita—baik yang kita sukai maupun tidak—sesungguhnya merupakan ketetapan terbaik dari Allah.


Allah berfirman:


"Jika kamu bersyukur, pasti akan Aku tambah nikmat-Ku, tetapi jika kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih." (QS. Ibrahim: 7)


Bersyukur berarti menerima segala keputusan Allah dengan lapang dada, baik itu rezeki, pekerjaan, keluarga, maupun ujian hidup lainnya. 


Tidak hanya dengan lisan, rasa syukur juga harus ditunjukkan melalui sikap dan perbuatan. Salah satunya adalah menjaga lisan dari keluhan yang berlebihan. 


Alih-alih mengeluh, cobalah mengambil hikmah dari setiap kejadian dan berprasangka baik kepada Allah. Percayalah bahwa setiap takdir memiliki tujuan yang lebih besar dari yang bisa kita bayangkan.


4. Menjadi Manusia Bermanfaat


Pernahkah Anda merasa "dimanfaatkan" oleh orang lain? Jangan buru-buru merasa tidak dihargai, karena sejatinya orang terbaik adalah mereka yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain.


Rasulullah SAW bersabda: 


"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain." (HR. Ahmad)


Maka, saat kita merasa lelah dengan pekerjaan atau kehidupan sosial, tanyakan kembali kepada diri sendiri: Apakah saya sudah produktif dan bermanfaat bagi orang lain? 


Setiap energi dan waktu yang kita habiskan hendaknya diarahkan untuk hal yang bernilai. Bahkan dalam berbicara atau menggunakan media sosial pun, penting bagi kita untuk berpikir sebelum bertindak:


Apakah yang saya katakan akan membawa manfaat? Apakah status yang saya unggah bisa menjadi inspirasi atau malah menyakiti orang lain? Dan, apakah tindakan saya bernilai pahala atau justru menambah dosa?


Menahan diri dari perkataan yang tidak perlu atau hal-hal yang sia-sia adalah cara terbaik untuk menjaga keseimbangan hidup dan menghindari masalah yang tidak diinginkan.


5. Fokus pada Kebaikan


Setiap orang memiliki jalan dan prosesnya masing-masing. Membandingkan diri kita dengan pencapaian orang lain hanya akan membuat kita kehilangan rasa syukur. 


Dalam budaya Jawa, ada istilah “Wang Sinawang”, yang berarti, “Kita selalu merasa bahwa hidup orang lain lebih baik dari hidup kita”.


Kita mungkin melihat kesuksesan orang lain dan merasa tertinggal, padahal kita tidak tahu perjalanan panjang yang mereka lalui. 


Oleh karena itu, daripada membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik kita fokus pada diri sendiri dan terus berusaha menjadi lebih baik.


Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk setiap hamba-Nya. Jika kita sudah berada dalam jalur yang benar, maka teruslah bersabar dan berjuang. Ketahuilah bahwa istiqamah itu berat, karena hadiahnya adalah surga.


Semangat dan Keyakinan


Kehidupan ini adalah perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan dan ujian. Rasa jenuh dan malas dalam rutinitas adalah hal yang wajar, tetapi jangan biarkan itu membuat kita kehilangan arah. 


Perbarui niat, bersabar dalam proses, dan selalu bersyukur atas apa yang kita miliki. Jangan lupa untuk terus menjadi pribadi yang bermanfaat dan tidak larut dalam perbandingan yang tidak perlu.


Tetap semangat dan jadilah versi terbaik dari dirimu sendiri! Karena pada akhirnya, yang paling penting bukanlah seberapa jauh kita telah melangkah dibandingkan orang lain, tetapi bagaimana kita menjalani kehidupan ini dengan penuh makna dan keteguhan hati.


Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua, terutama untuk diri sendiri. Semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam setiap langkah dan keputusan yang kita ambil. Aamiin.


*) Ayun Afifah, S.Pd, penulis adalah pendidik tinggal di Yogyakarta, ibu rumah tangga 4 orang anak, dan kontributor freelance Parentnial.com

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Ketika Rutinitas Menjadi Sangat Membosankan, Yuk Kita Refleksi!

Trending Now

Iklan