Setidaknya ada tiga hak yang harus dipenuhi ibu kepada bayinya yang baru lahir, yaitu memperoleh dekapan hangat dari ibu, rasa sayang/aman, dan memperoleh makanan murni dari air susu ibu (ASI).
Ilustrasi ruang menyusui (source: USA Air Force via Aerotechnews) |
Inilah mengapa perlu dilakukan IMD atau inisiasi menyusui dini. Menyusui secara dini dilakukan pada satu jam pertama setelah bayi lahir.
Kiat IMD adalah meletakkan bayi pada dekapan dada ibu setelah kelahiran, lalu membiarkan bayi selama satu jam atau sampai bayi mulai mencari puting ibu. Proses ini juga semakin membentuk ikatan batin antara ibu dan anak.
ASI merupakan sumber nutrisi esensial yang dapat memberikan perlindungan kepada bayi melalui komponen zat kekebalan (imun) di dalamnya. Terutama pada air susu kolostrum yang diproduksi 2-3 hari pertama setelah melahirkan dengan jumlah 300-400 ml pada hari ketiga.
Jumlah ASI tersebut memang sesuai dengan kebutuhan nutrisi bayi pada saat itu. Kolostrum kaya akan sel fagosit (sel pemusnah) dan imunoglobulin (antibodi), serta mengandung protein, mineral, vitamin, lemak, dan karbohidrat.
Kolostrum berwarna kekuningan karena kandungan vitamin A yang penting untuk perlindungan mata dan ketahanan sel. ASI yang kaya akan nutrisi diproduksi selama 6 bulan pertama kehidupan, yang selanjutnya akan beralih ke ASI matang yang minim nutrisi.
Komponen bioaktif di dalam kolostrum dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang belum matang, memberikan perlindungan terhadap infeksi, dan membantu pencernaan.
Sehingga, sangat penting bagi para ibu mencukupkan nutrisi selama kehamilan dan menyusui agar kesehatan bayi juga terjaga.
Pastikan setiap hari ibu selalu memberikan ASI-nya pada sang buah hati. Semakin sering ASI dipompa keluar, hormon prolaktin akan terus terproduksi untuk merangsang produksi ASI yang lebih banyak. Sebaliknya, apabila ibu berhenti menyusui maka produksi air susu akan terhenti.
Tingkat prolaktin paling tinggi sekitar 30 menit setelah penyusuan, sehingga penting untuk pemberian ASI berikutnya. Prolaktin juga lebih banyak diproduksi pada malam hari.
Kandungan prolaktin dalam ASI membuat ibu merasa rileks dan mengantuk, sehingga membuat ibu betah meski harus menyusui di malam hari.
Saat bayi menyusu pada ibu, sinyal sensorik (rangsangan) akan berpindah dari puting ke otak yang memerintah kelenjar mammae untuk memproduksi air susu.
Oleh karenanya, butuh ketenangan dan konsentrasi bagi ibu saat menyusui buah hatinya karena pada saat itu kelenjar mammae akan memproduksi air susu yang optimal bagi kebutuhan bayi.
Sebenarnya pada saat itulah komunikasi batin antara ibu dan bayi terjalin. Ibu yang tenang saat menyusui, bayi akan merasa nyaman dan keberadaannya diterima.
Apabila ibu dalam kondisi sibuk atau banyak pikiran ketika menyusui maka produksi air susu akan berkurang. Sebagai bentuk responnya, anak akan merasa kurang mendapat perhatian dan akhirnya rewel.
Apalagi jika diperparah dengan kondisi ibu yang minim ilmu mendidik anak sehingga kurang memahami letak kegelisahan anak dan kurangnya kesabaran. Bisa jadi anak akan menjadi sasaran kemarahan.
Jika pola yang salah demikian menjadi kebiasaan ibu, maka tak heran apabila kelak sang anak menjadi kurang penurut atau hiperaktif.
Penyimpanan ASI juga akan berpengaruh kepada tumbuh kembang anak. Penyimpanan ASI yang diperah memiliki risiko menurunnya kadar kandungan nutrisi dan antibodi.
Penyimpanan dengan memakai bahan dari gelas merupakan pilihan baik karena sifat gelas tidak akan mempengaruhi kandungan ASI dan tidak akan menempel pada dinding wadah penyimpanan.
ASI dapat disimpan di lemari es selama 72 jam. Penggunaan freezer dan pemanasan dapat mengurangi kemampuan aktivitas sel imun pada ASI.
Namun, bagaimanapun, sebaik-baik kondisi adalah bayi yang langsung memperoleh air susu dari puting ibunya. Inilah proses interaksi terbaik yang akan membangun emotional bonding antar ibu dan anak.
Ibu yang memiliki bekal cukup dalam mendidik anak dan memiliki kecerdasan dalam mengelola emosi. Setiap tetes air susu yang tertelan oleh bayinya akan dibarengi dengan doa-doa kebaikan dan harapan kelak akan menjadi anak yang shaleh/shalehah.
Itulah mengapa peran mulia seorang ibu menjadi kebanggan di setiap zaman. Figur ibu sejatinya adalah ummun wa rabbatul bait, ibu sebaik-sebaik manajer rumah tangga.
Ibu yang terlalu sibuk bekerja di luar rumah dan jarang menyediakan waktu khusus untuk anaknya, akan berpengaruh pada pembentukan nutrisi dan mental anak.
Pemberian ASI eksklusif pada bayi sangatlah penting untuk membentuk imunitas alami pada anak dan menjalin kedekatan yang khas antara ibu dan anak. Di balik semua jerih payah ibu mengandung dan menyusui, ada satu kabar gembira bagi para ibu:
"Apabila seorang wanita ridha atas kehamilannya dari suaminya yang sah, sungguh ia mendapat pahala seperti puasa dan mengerjakan ibadah-ibadah lainnya di jalan Allah. Apabila anaknya lahir, maka dari setiap teguk air susu ibunya yang dihirup si anak, ibunya mendapat pahala. Apabila si ibu menjaga malam (kurang tidur karena anaknya), maka si ibu mendapat ganjaran seperti memerdekakan 70 orang budak karena Allah.” (HR. Thabrani dan Ibnu Asy-Syakir)
Fenomena kurangnya perhatian terhadap peran kepengasuhan anak semakin mengkhawatirkan. Apalagi di jaman now, peran kepengasuhan para ibu-ibu generasi millenial pelan-pelan telah tergantikan oleh "asisten" dengan menjamurnya jasa day care atau baby house care.
Tentu bukan layanan day care-nya yang menjadi persoalan, namun kesadaran orangtua yang belum tumbuh. Menitipkan anak di layanan day baby care tidaklah keliru, tetapi langkah itu tetap membutuhkan sikap proporsional dari orangtua agar si anak benar-benar melalui fase tumbuh kembangnya secara optimal.
Data dari tahun 2015 yang dirilis Ikatan Dokter Indonesia/ Indonesian Pediatric Society (IDAI) bahwa hanya 49,8% ibu yang memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan, menunjukkan gejala tersebut.
Karena itu, Ayah Bunda perlu membangun satu kesepahaman bersama tentang pentingnya kepengasuhan anak khususnya di masa emas (golden age) mereka antara usia 0 hingga 10 tahun.
Anak-anak kita adalah generasi yang akan hidup di era yang tentu akan berbeda dengan kehidupan kita hari ini. Maka disinilah kesempatan kita mengokohkannya agar kelak mereka menjadi generasi tangguh serta memiliki imunitas untuk menghadapi tantangan hidup yang lebih dinamis.
AZIMATUR ROSYIDA, S.FARM
Referensi
- American Pregnancy Association (2018)
- Indonesian Pediatric Society (2016)
- WHO-Infant and Young Child Feeding (2009)