Saat anak menangis orangtua mendiamkanya dengan gadget. Wajar jika akhirnya kedekatan anak terhadap gadget jauh lebih intens daripada orangtua sendiri.
Dampak buruknya kemudian, gadget menarik fokus dan perhatian sang anak tanpa peduli lagi dengan sekitar.
Ilustrasi / Pixabay |
Nampak memang anak terlihat tenang dan tidak rewel tapi sesungguhnya hal itu hanyalah ketenangan palsu yang terbentuk karna fokus yang tersita oleh gadget.
Adalah sebuah kewajaran jika seorang anak itu aktif, rewel, bahkan ribut dan penuh gerak.
Malahan, sebuah keanehan jika seorang anak justru tidak aktif dan hanya berdiam diri berjam-jam tanpa gerak. Ia pastilah anak yang tengah bermasalah.
Bahkan gerakan keaktifan anak sangat dibutuhkan agar dia dapat terus bereksplorasi dengan bahan-bahan alamiah yang berada di sekitarnya.
Jika konsentrasi anak terpusat dengan gadget, maka sesunguhnya ia memanglah nampak tenang namun anak tidak akan belajar tentang apapun di sana. Sebab proses pembelajaran lewat motorik telah habis di sita oleh gadget.
Orangtua mungkin merasa tenang karena anak akan fokus dan tidak mengganggu aktifitas orangtuanya dalam bekerja. Tapi sesungguhnya hal itu merupakan sebuah keputusan yang sangat beresiko bagi perkembangan anak. Anak akan jauh merasa lebih nyaman bersama gadget daripada orangtua.
Sebab gadgetlah yang menghentikannya saat ia menangis, gadget pulalah yang menghiburnya saat sedih. Bahkan gadget pula yang menyanyi hingga sang anak tertidur. Peran orangtua akhirnya diambil alih oleh peran gadget.
Begitu banyak anak yang lebih fasih menyebut nama gadget dibandingkan dengan memanggil ayah atau bundanya. Sebab yang lebih berperanlah sesungguhnya yang paling diingat oleh anak.
Sebaiknya orangtua memperhatikan kembali penggunaan gadget bagi anak, karena kerusakan yang ditimbulkan pada penggunaan gadget tanpa pola adalah kerusakan yang nyata.
Dalam perkembangan otak manusia, ada area sensitif yaitu prefrontal cortex dan fungsinya adalah berfikir dan mengendalikan impuls (rangsangan) dan dorongan dan salah satu yang bisa mengganggu dan merusak perkembangannya secara normal adalah penggunaan gadget.
Dampaknya kemudian adalah anak akan susah berkembang karena tidak mampu mengendalikan impuls. Menjadikan anak susah berfikir dan fokus.
Stimulasi berlebih dari gadget pada otak anak yang sedang berkembang, dapat menyebabkan keterlambatan koginitif, gangguan dalam proses belajar, tantrum, meningkatkan sifat impulsif, serta menurunnya kemampuan anak untuk mandiri.
Hal lain yang mungkin terjadi ketika anak kebiasaan serta asik dengan gadget maka akan berpengaruh terhadap kemampuan otak dalam menangkap informasi. Salah satunya yaitu ketika anak mendapatkan pelajaran di kelas cenderung susah untuk memahami apa yang disampaikan oleh guru.
Penggunaan gadget yang tidak terkontrol dan terus menerus bisa menjadi salah satu pemicu penyakit mental bagi anak seperti depresi, gangguan bipolar dan bahkan autis.
Akademi Dokter Anak Amerika dan Perhimpunan Dokter Anak Kanada seperti dikutip dari Huffington Post menegaskan, anak umur 0-2 tahun tidak boleh terpapar oleh teknologi sama sekali.
Perhimpunan dokter ini menekankan, anak umur 3-5 tahun dibatasi menggunakan teknologi hanya satu jam per hari. Dan anak umur 6-18 tahun dibatasi 2 jam saja perhari.
Penggunaan gadget pada anak juga dapat mempengaruhi kesehatan sang anak. sebab, anak-anak masih mengalami perkembangan sistem saraf sehingga sangat rentan terkena radiasi.
Anak kecil jika dibandingkan dengan orang dewasa, sangat rentan terkena radiasi. Tapi gadget bukan hanya menimbulkan radiasi yang berbahaya bagi anak, akan tetapi pancaran sinar dari layar tersebut sangat membahayakan kesehatannya.
Gadget memang sesuatu yang perlu diperkenalkan pada anak namun orangtua hendaknya berhati-hati dan yang terpenting jangan terlalu terburu-buru. Sebab segala sesuatu ada masanya.
Sebaiknya orangtua memahami dengan baik dampak dari penggunaan gadget tanpa pola ini sebelum memutuskan untuk memberikan gadget pada anak.
NASER MUHAMMAD