DALAM Islam, konsep jaza’ (balasan atas perbuatan) merupakan bagian penting dalam ajarannya. Pepatah Arab mengatakan, "kamaa tadiinu tudaanu", bagaimana kamu memperlakukan, seperti itulah kamu akan diperlakukan.
Ini adalah pepatah. Bukan hadits. Tapi, menurut sebuah riwayat pepatah ini adalah nasihat bijak Abu Darda’, yang diriwayatkan secara mauquf oleh Abu Qilabah. Lengkapnya;
البِرُّ لاَ يَبْلَى وَالذَّنْبُ لاَ يُنْسَى وَالدَّيَّانُ لاَ يَمُوتُ، اعْمَلْ مَا شِئْتَ كَمَا تَدِيْنُ تُدَانُ
“Kebajikan itu tak akan pernah usang, dosa tak akan pernah dilupakan, sedangkan Allah Maha Pembalas tak akan mati. Lakukanlah apa yang engkau suka. Karena sebagaimana engkau memperlakukan, seperti itulah kau akan diperlakukan” (lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 11/169, Asy Syamilah.)
Terkait dengan pepatah di atas, Syaikh Ali Al Qarni, dalam ceramahnya yang berjudul "Hakadza Allamatni Al Hayah Fi Dzilli Al Aqidah", punya cerita yang sungguh menarik di balik pepatah ini.
Syahdan, di masa jahiliyah dulu, ada seorang anak yang membawa ayahnya yang sudah tua renta ke tengah gurun pasir.
Dengan sedikit gusar sang ayah bertanya: "Wahai anakku, ada apa sehingga engkau membawaku sejauh ini? Hendak kemana engkau membawaku?".
Sang anak pun menjawab sekenanya: "Saya sudah lelah merawatmu wahai ayah, dan di gurun inilah aku akan membunuhmu!".
Sang ayah pun menimpali ucapan anaknya: "Jika begitu inginmu maka jangan bunuh ayah di sini, tapi bunuhlah ayah di balik bukit itu!" Sembari menunjuk sebuah bukit yang tak jauh dari dari tempat mereka sedang berhenti.
Tentu saja Sang anak bertanya dengan heran: "Duhai ayah, kiranya apa perbedaan antara aku membunuhmu di sini dengan membunuhmu di balik bukit itu?.
Ayahnya pun menjawab dengan lemah: "Sebab di sana, di balik bukit itu, di sanalah dahulu aku juga membunuh ayahku!...".
"Kamaa tadiinu tudaanu", apa yang kamu perbuat begitu pulahlah engkau akan dibalas.
Jangan terlalu banyak menyalahkan anak-anak atas apa yang mereka lakukan jika nyatanya banyak orang tua yang lepas dari mendidik dan mentarbiyah mereka sejak kecil.
Di dalam Islam kita meyakini bahwa Allah Ta’ala membalas perbuatan baik dan mengganjar perbuatan buruk. Balasan itu bisa di dunia, bisa pula di akhirat atau bahkan dunia dan akhirat.
Dan setiap balasan yang Allah berikan pasti akan setimpal dengan kadar perbuatan yang menyebabkannya, sesuai kebijaksanaan-Nya.
Perbuatan baik pasti akan mendatangkan kebaikan, sedang perbuatan buruk pasti akan mendatangkan keburukan pula. Dan Allah sedikitpun tidak pernah zalim atas hamba-Nya. Sebagian salaf mengatakan;
فَإِنَّ جَزَاءَ السَّيِّئَةِ اَلسَّيِّئَةُ بَعْدَهَا كَمَا أَنَّ ثَوَابَ الْحَسَنَةِ اَلْحَسَنَةُ بَعْدَهَا
“Sesungguhnya balasan keburukan adalah muculnya keburukan setelahnya sebagaimana balasan kebaikan adalah diperolehnya kebaikan sesudahnya”(disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, II/498).
Banyak peribahasa mengibaratkan hal ini, misalnya: Siapa menanam akan mengetam, siapa menebar angin akan menuai badai atau siapa yang menepuk air di dulang, maka akan terpercik ke muka sendiri. Orang Eropa menyebutnya dengan hukum kausalitas atau sebab akibat.
Ini mungkin yang menjadi dasar sehingga Phyllis Diller mengatakan "Bersikap baiklah kepada anak-anakmu, karena merekalah yang akan memilihkan panti jompo untukmu".
Mentarbiyah anak-anak adalah kewajiban mendasar. Mendidik mereka dengan kelembutan sikap, agar mereka juga menjadi lembut adalah keniscayaan.
Lembut adalah kunci kebaikan. Seorang yang mendidik anak, jika ingin sukses maka wajib baginya mendidik dengan lembut.
Makanya Allah ketika menyebut tentang seorang pendidik, Allah sebut dengan kata Rabbani. Rabbani di sini maksudnya adalah orang-orang yang faqih dan lembut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنَّ اللهَ رفيقٌ يحبُّ الرِّفقَ، ويُعطي على الرِّفقِ ما لا يُعطي على العنفِ، وما لا يُعطِي على ما سواه
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Maha Lembut dan mencintai kelembutan. Dan Allah akan memberikan banyak sekali kebaikan dari kelembutan yang tidak Allah berikan kepada sikap kasar, dan sifat lainnya”
Berilah pendidikan yang terbaik kepada mereka, jika ingin menuai anak-anak yang qurrota a'ayun. Niscaya engkau bukan sekedar menemukan anak-anak yang meyejukkan mata, tapi ia juga pelipur lara bagi hati.
NASER MUHAMMAD
Trending Now
-
ARTIS terkenal Nagita Slavina dikabarkan marah saat dipanggil oleh suaminya, Raffi Ahmad, dengan sebutan yang tidak biasanya. Jika bias...
-
Nabi Dzulkarnain diketahui pernah memimpin banyak negara-bangsa di dunia (Foto: Harunyahya ID) Oleh Arviati Rohana* MUKJIZAT adalah kehenda...
-
Foto: Pixabay PUTUS asa itu biasa. Yang luar biasa adalah ketika kamu mampu bangkit dari keterpurukan. Lalu kembali melawan rasa ketida...
-
Foto: Forbes PERTUMBUHAN teknologi digital kian tak terbendung. Tak terkecuali di Indonesia. Tak heran banyak orangtua yang mendorong anak-...
-
SEBUAH studi ilmiah yang dilakukan Emory University, Amerika Serikat, belum lama ini menemukan bahwa peran ayah dalam pengasuhan meningkat...