Fenomena itu disebut sebagai loss aversion –atau- terlalu khawatir dengan potensi kerugian.
Manusia dimanapun di dunia ini ternyata memang cenderung takut untuk mengambil risiko. Kita semua lebih gentar menghadapi potensi kerugian; daripada bersemangat menjemput peluang keuntungan.
Ilustrasi source: Pixabay |
Dalam sebuah studi bahkan terungkap: rasa sakit kita akan kehilangan ternyata lebih membekas di dalam hati daripada rasa senang akibat mendapatkan keuntungan.
Dengan kata lain: pengalaman rugi 10 juta ternyata jauh lebih lama membekas dalam hati, dibanding perasaan senang akibat dapat untung 10 juta.
Loss Aversion mungkin yang bisa menjelaskan kenapa mayoritas orang agak ragu untuk memulai usaha baru secara mandiri.
Bahkan sebelum memulai menjalankan usaha, kebanyakan orang sudah takut duluan. Takut jangan-jangan nanti malah rugi. Jangan-jangan usaha saya gagal.
Loss aversion yang juga mungkin bisa menjelaskan kenapa kebanyakan orang agak pesimis dengan peluang keberhasilan yang akan mereka miliki.
Dan, kabar buruknya, error thinking semacam inilah yang bisa membuat hidup kita kelak jadi termehek-mehek tak teguh prinsip karena kecemasan akut.
NASER MUHAMMAD