Literasi adalah kemampuan dalam mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas. Kemampuan membaca dan menulis merupakan literasi paling mendasar.
Dengan pendidikan literasi diharapkan orangtua dapat mencetak anak yang tidak hanya cerdas dalam bidang akademik semata, namun juga memiliki pola pikir kritis dan logis.
Ilustrasi source: Pixabay |
Pendidikan literasi diharapkan agar anak siap dan memiliki kecakapan untuk menerima, mengolah, dan menyikapi setiap informasi yang dia terima.
Sehingga, pendidikan literasi yang diterapkan pada anak sejak dini, dapat berperan sebagai pondasi bagi sang anak untuk dapat memiliki kemampuan berpikir kritis, dan logis ketika dihadapkan dengan berbagai situasi.
Diharapkan dengan terbangunya pola pikir kritis pada anak dapat dijadikan sebagai modal investasi yang akan berguna saat anak mulai memasuki dunia masyarakat yang sesungguhnya di masa mendatang.
Berpikir kritis dalam menyikapi informasi sangat penting bagi anak, sebab orangtua tidak bisa terus menerus memberikan pengawasan kepada anak.
Sehingga, dengan pendidikan literasi yang bijak yang ditanam sejak dini, sedikit banyak memberi pengaruh bagi pola pikir sang anak dalam menyerap informasi.
Pendidikan literasi pada anak-anak yang dimulai sejak dini tujuan utamanya bukan hanya menekankan pada kemampuan anak untuk membaca atau menulis. Sebab, dua jenis kemampuan tersebut sebenarnya hanya menjadi landasan bagi tujuan.
Namun terdapat cakupan yang lebih luas dari itu, yakni membentuk generasi yang mampu berpikir kritis dalam menyikapi informasi.
Menyiapkan anak-anak yang melek literasi sejak dini, sejatinya merupakan investasi jangka panjang yang bisa dinikmati oleh orangtua.
Investasi ini memanglah hasilnya tidak dapat dirasakan dalam waktu sekejap, melainkan lebih pada keuntungan jangka panjang dengan hasil optimal, tetapi sebetulnya berbiaya lebih murah.
Sebuah pepatah Cina mengatakan, "Jika Anda berencana untuk satu tahun, tanamlah padi. Jika Anda berencana selama sepuluh tahun, tanamlah pohon. Jika Anda berencana selama 100 tahun, maka didiklah manusia".
Mengingat pentingnya pendidikan literasi bagi anak sehingga orangtua sudah sepantasnya menerapkan hal ini di rumah dimulai dengan pengenalan-pengenalan sederhana seperti berdongeng, bercerita, atau membacakan buku secara rutin.
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas meski bagi orangtua mungkin terkesan sangat sederhana, namun hal itu adalah merupakan tahapan awal untuk mengenalkan anak pada dunia literasi. Sebelum aktivitas mereka direnggut oleh gadget dan TV.
Pendidikan literasi yang diterapkan sejak dini juga akan memberikan dampak positif terhadap prestasi akademik anak dan membuat anak lebih peka terhadap masalah. Bahkan sampai tahap dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.
Kesadaran Literasi = Survival Kit
Begitu pentingnya pendidikan literasi, sampai-sampai kemudian ayat yang pertama kali turun kepada Nabi adalah perintah membaca: Iqra' bismirabbik.
Iqra' sebagai embrio pendidikan literasi dalam dunia islam, menunjukkan bahwa literasi bagi manusia merupakan semacam survival kit yang dibutuhkan dalam mengarungi kehidupan yang dianugrahkan kepada manusia.
Mengenalkan anak pada literasi sejak dini, maka akan memberikan banyak stimulasi untuk melatih kemampuan dan tumbuh kembang otaknya. Juga akan membantu memperkaya kosa kata anak sejak dini sebagai senjata utama untuk berkomunikasi.
Oleh karena melihat begitu penting dan bermanfaatnya pendidikan literasi bagi anak, serta banyaknya keuntungan yang bisa didapatkan anak ketika mereka diberi pendidikan literasi sejak dini, maka orang tua sudah seharusnya mengoptimalkan pendidikan tersebut sedini mungkin.
Tahapan praktiknya, secara praktis bisa dimulai ketika anak sedang berada dalam masa aktifnya bereksplorasi. Atau ketika mereka sudah mulai berbicara dan mulai mengekspresikan bahasa.
__________
*) NASER MUHAMMAD, penulis kontributor Keluargapedia.com, penulis buku "Bergerak Menuju Perubahan" Penerbit Global Grafika 2013 cetakan pertama dan Penerbit El Markazi Inspiring Publisher 2017 cetakan kedua.