BANYAK orangtua berpikir secara sederhana tentang pendidikan anak. Asal disekolahkan, cukup. Tugas selesai.
Padahal tidak demikian. Orangtua, memiliki kewajiban untuk mengetahui potensi dari anak-anaknya sendiri, yang dengan itu, meskipun anak-anak telah sekolah, penajaman dari skill, terlebih bakat bisa terus dilakukan. Sehingga kelak mereka bisa menjawab tantangan zaman dengan kemampuan skill atau bakatnya.
Seperti sekarang berkembang, definisi pendidikan tidak lagi sebatas sekolah, tapi juga penajaman skill dan bakat.
Disebutkan bahwa pendidikan adalah perjalanan anak mencapai puncak potensi yang terpendam di dalam diri mereka.
"Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian," demikian ungkapan sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib.
Artinya, sekolah tidak semestinya menjadi inti dari pendidikan anak-anak. Meskipun harus kita akui, sekolah sangat penting, tetapi sesungguhnya sekolah bukanlah satu-satunya wadah bagi anak-anak kita mengembangkan skill dan bakat.
Usamah bin Zaid di masa Nabi tidak diarahkan menjadi seorang ulama, karena memang basic skill yang dimiliki adalah menjadi tentara.
Sebaliknya, Zaid bin Tsabit diarahkan untuk menjadi staf Nabi yang menuliskan Al-Qur'an, sebab kemampuan utamanya memang di bidang tersebut.
Lantas, bagaimana dengan buah hati kita di rumah?
Tentu orangtua, terutama ibu sangat memahami karakter, minat dan ketertarikan anak pada sesuatu.
Maka, dalam situasi dan kondisi apapun, penting dilakukan eksplorasi dari lingkungan dimana kita berada, termasuk saat traveling bersama keluarga.
Kita bisa berdialog dengan anak soal sejarah destinasi yang disepakati, geografinya, dan keragaman budaya, serta tradisi masyarakat sekitar.
Ketika anak dengan tiba-tiba meminjam kamera atau handphone untuk mengabadikan gambar, maka berilah kesempatan meski tetap dalam pengawasan.
Sebab, insting memotret yang terus dilatih bukan mustahil menjadikan mereka kelak seorang fotografer andal, sekalipun itu bukan profesi utamanya kelak.
Kemudian aktivitas sehari-hari. Sekalipun tampak biasa-biasa saja, jika kita selaku orangtua bisa mengemasnya sebagai media pembelajaran, itu sangat efektif mendorong anak untuk lebih memahami banyak hal.
Misalnya, saat memanggang sosis, atau ikan, di sana orangtua bisa bicara soal api, sains, matematika, nutrisi, statistik, serta bagaimana proses panjang sosis dan ikan itu bisa dibeli dan akan segera dinikmati, sehingga terhadap makanan buah hati kita mengerti hakikatnya.
Pada intinya, orangtua perlu hadir dalam kehidupan anak-anak, meski hanya beberapa menit dalam 24 jam.
Hal tersebut penting untuk mengetahui skill dan bakat anak, sehingga anak bisa diarahkan mencapai kesuksesannya menjawab tantangan masa depan dimana ia akan hadapi.*
IMAM NAWAWI
Trending Now
-
Foto: Pixabay PUTUS asa itu biasa. Yang luar biasa adalah ketika kamu mampu bangkit dari keterpurukan. Lalu kembali melawan rasa ketida...
-
BERHUTANG seakan sesuatu yang tidak aneh lagi bagi beberapa orang. Namun jika sejak remaja sudah dibiasakan untuk berutang, maka itu akan m...
-
WALAUPUN insiden ini langka terjadi, namun tetap perlu kewaspadaan yang ekstra. Khususnya mengetahui langkah pertama yang harus dilakukan d...
-
ARTIS terkenal Nagita Slavina dikabarkan marah saat dipanggil oleh suaminya, Raffi Ahmad, dengan sebutan yang tidak biasanya. Jika bias...
-
SEBUAH studi ilmiah yang dilakukan Emory University, Amerika Serikat, belum lama ini menemukan bahwa peran ayah dalam pengasuhan meningkat...