Umpamanya, pada kali waktu anak-anak datang ke hadapan Anda dan katakanlah saat itu ia sedang mengeluhkan kakinya yang berdarah. Namun respon yang Anda tunjukkan terlalu berlebihan. Bahkan Anda sampai pura-pura menangis sedih penuh emosional.
Di lain kesempatan, anak-anak bertengkar dengan kawannya lalu dia menangis dan mendatangi Anda. Anda pun kemudian merespon berlebihan demi ingin menunjukkan keberpihakan padanya. Boleh jadi di situ terlontar kata-kata tak sopan atau berekspreasi layaknya orang marah yang ingin berkelahi.
Kalau kondisi seperti contoh di atas pernah Anda lakukan, maka mulai sekarang harap berhati-hati, sebab, kebiasaan tersebut ternyata dapat merusak masa depan anak-anak kita yang masih polos itu.
Lebih dari itu, menurut pakar psikoterapis dan pelatih di Transactional Analysis, Atlanta Beaumont, kebiasaan semacam itu bisa membuat orang lain (anak-anak) ragu untuk mengungkapkan kejujuran pada Anda.
Selain itu, mereka pun tidak akan menganggap Anda serius ketika lain waktu Anda benar-benar panik. Sebab, mereka berpikir, memang itulah sifat natural Anda, selalu panik dan merespon segalanya dengan emosional.
Orangtua tukang sandiwara sejati
Menurut Atlanta Beaumont, sangat penting untuk cerdas mengelola rasa cemas atau panik. Orang yang selalu bereaksi berlebihan tersebut pun acap kali dicap sebagai seorang drama queen.
Drama queen dalam terjemahan Indonesia yang umum dipahami adalah orang yang suka berlebih-lebihan dan suka mendramatisasi segala hal. Tujuannya terutama untuk mendapat perhartian.
Menurut Beaumont, kebiasaan cepat panik dan senang menarik perhatian lewat emosional yang berlebihan oleh anak dapat ditularkan dari orangtua yang suka berlaku bak aktor sandiwara sejati ini.
“Orangtua yang juga suka merespon kondisi dengan emosional secara tidak langsung telah mengajarkan anak-anak mereka untuk berperilaku serupa,” jelas Beaumont yang dikutip Keluargapedia.com dari kolomnya di laman Psychology Today.
Penulis buku psikolog berjudul Handy Hints for Humans ini mengatakan sikap drama queen ini berdampak penurunan percaya diri sehingga anak tidak berani untuk mencoba hal baru yang bisa jadi kaya manfaat dan pengetahuan.
Dia menambahkan, anak yang kurang piawai mengendalikan emosi ini bisa tumbuh karena orangtua yang selalu mengontrol segala hal dalam hidupnya. (NURSELINA)