Iklan rokok di Indonesia (foto: Youtube) |
Tren positif (tentu maksudnya dari kacamata investor) pengguna rokok di Indonesia tidak saja meningkat setiap waktu, melainkan juga semakin mengkhawatirkan.
"Ancaman" kesehatan dan cepat mati tidak cukup mampu membuat pecandu melakukan pertobatan yang nasuha. Bahkan kendati bungkus rokok telah didesain serem sedemikian rupa. Tetap saja rokok laris manis. Penikmatnya dari bocah cilik sampai akik-akik.
Baru baru ini kita kembali disuguhi fakta mencengangkan. Dilansir situs riset Katadata, perokok Indonesia masih menjadi penghembus asap kawakan. Mirisnya, asal penikmat tertinggi justru daerah yang relatif masih tertinggal dari keterjangkauan pembangunan.
Survei nasional yang dilakukan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan terhadap perilaku merokok masyarakat menyajikan data rata-rata konsumsi rokok perorang per-hari secara nasional adalah 12,3 batang rokok (setara dengan satu bungkus rokok).
Dan, rata-rata konsumsi paling tinggi ditemukan di wilayah Bangka Belitung (18 batang) dan di Riau 16-17 batang. Terendah yakni di Yogyakarta dengan jumlah hanya 9,9 batang per hari per orang.
Survei ini melibatkan penduduk dengan umur lebih dari 10 tahun. Dalam laporan tersebut dipaparkan bahwa perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan. Proporsinya secara tahunan bahkan meningkat dari 34,2 persen pada 2007 menjadi 36,3 persen pada 2013.
Temuan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan ini semakin menguatkan fakta bahwa indsutri tembakau terus berburu konsumen baru di negara negara termiskin di dunia termasuk Indonesia.
Kami sarankan anda untuk menonton video liputan investigasi yang dilakukan oleh wartawan Current TV Christof Blackman Putzel berjudul Sex, Lies, and Cigarettes. Video ini mengungkap sisi gelap industri rokok di Indonesia yang jelas mengancam generasi bangsa. (MATAGAMA DICIPTA)