INDONESIA patut berbangga, setidaknya kini ada berita gembira yang menggugah semangat bangsa.
Di antara sederetan berita tidak bermutu, dalam pekan ini, publik disuguhi prestasi bergengsi putra-putri negeri.
Saya memang kurang hobi bermain bulu tangkis, tetapi saya sangat bangga dengan atlet bulu tangkis di tahun ini. Hendra Setiawan dan Muhammad Ahsan sukses meraih gelar terbaik di kategori ganda putra.
Sedangkan Lilyana Natsir dan Tantowi Ahmad berhasil meraih gelar tertinggi di kategori ganda campuran.
Alhamdulillah, media Indonesia masih memiliki rasa kebangsaan, sehingga tayangan kesuksesan bulu tangkis dunia tahun ini di Guangzhou China itu tayang terus dalam beberapa hari. Tentu saya tidak berkapasitas memberikan komentar bagaimana dua pasangan pebulu tangkis itu bertanding.
Tetapi, saya punya sisi 'rahasia' mengapa Muhammad Ahsan dan Tontowi Ahmad yang merupakan pebulu tangkis junior mampu meraih prestasi tertinggi bulu tangkis dunia di tahun ini bersama senior mereka yang tidak lain adalah pasangannya dalam ajang bergengsi tersebut.
Dari semua sisi pemberitaan media, saya lebih tertarik untuk menggarisbawahi apa yang disampaikan oleh Muhammad Ahsan dan Tontowi Ahmad dalam wawancara live-nya di sebuah stasiun televisi swasta (Selasa, 13/8) petang.
Keduanya mengatakan bahwa apa yang diraihnya di kejuaraan paling bergengsi di dunia bulu tangkis ini tidak lain adalah apa yang telah lama mereka cita-citakan, bahkan sejak anak-anak.
"Ya, memang itulah impian saya sejak kecil," ujar Tontowi ketika ditanya bagaimana kesannya menjadi juara dunia.
Senada dengan Tontowi, Muhamad Ahsan mengatakan bahwa duduk di podium terbaik bulu tangkis dunia adalah cita-citanya sejak kecil.
Akhirnya, saya ingin mengajak generasi muda bangsa untuk melihat 'rahasia' paling dahsyat dari sebuah hasil prestasi yang membanggakan seluruh negeri ini, yakni cita-cita.
Kekuatan cita-cita itulah yang menjadi pemantik terbesar sehingga Ahsan dan Tontowi yang merupakan junior layak duduk bersama seniornya dalam satu podium juara.
Kerja Cita-cita
Tentu kita tidak terlalu membutuhkan penjelasan bagaimana kekuatan cita-cita, tetapi kita perlu memastikan bagaimana cita-cita itu bekerja.
Hendra Setiawan, sang senior yang menjadi pasangan Muhammad Ahsan mengatakan, bahwa Ahsan memiliki kemauan yang kuat sekaligus kemampuan yang baik untuk meraih kemenangan, sehingga posisinya sebagai senior tidak banyak mengalami kendala dalam mengkonsolidasi kekuatan permainan di setiap pertandingan.
Dan, seperti direkam media, pasangan Hendra-Ahsan ini telah membukukan beberapa prestasi jauh sebelum mendapat gelar bergengsi di tahun ini.
Tidak jauh berbeda kondisinya dengan Lilyana Natsir dan Tontowi Ahmad. Lilyana sebagai senior terkadang merasa sedikit kurang 'sreg' dengan gaya Tontowi dalam beberapa hal. Tetapi, karena Tontowi memang punya kemampuan dan kemauan serta mental juara, akhirnya juara pun berhasil diraih keduanya.
Terus terang secara terbuka baik Ahsan maupun Tontowi mengatakan bahwa sebagai junior mereka sempat memiliki rasa minder.
Tetapi, bagaimanapun, memelihara sifat tersebut bukanlah solusi. Akhirnya, keduanya banyak melakukan sharing, membuka diri dengan pikiran terbuka, serta tidak pernah berhenti berlatih.
Dan, yang paling mendasar sebenarnya, cita-cita itu telah mengantarkan kedua junior tersebut berlatih bersama senior yang unggul, berpengalaman dan bermental juara.
Dengan kata lain, cita-cita yang memang telah lama hadir dalam sistim kesadaran Ahsan dan Tontowi membawa keduanya pada takdir Tuhan yang memungkinkan mereka menyatakan impiannya selama ini.
Sayyidina Ali pernah berkata, "Musuh yang cerdas jauh lebih baik bagi seseorang daripada teman yang bodoh." Artinya, cita-cita akan mengantarkan seseorang berhadapan dengan orang yang penting dalam hidupnya.
Setidaknya, dengan konsisten pada cita-cita dan bekerja untuk mewujudkan cita-cita, kita akan terhindar dari salah pergaulan yang merupakan sebab dari segala kegagalan.
Persis seperti apa yang disampaikan Nabi Muhammad, jika kita berteman dengan penjual minyak wangi maka kita akan terkena bau harumnya.
Begitulah yang dialami oleh Ahsan dan Tontowi. Keduanya berteman dengan senior yang unggul, lalu keduanya mau 'berguru' maka pada akhirnya, mereka akan menginjak jejak 'mulia' bersama sang senior.
Inilah fakta menarik dari kemenangan dua ganda pebulu tangkis Indonesia. Tentu, sang senior juga tidak kalah kuat dalam soal cita-cita ini. Keduanya, baik Lilyana maupun Hendra sadar betul bahwa dirinya sudah tidak muda.
Dan, prestasi untuk negeri tidak boleh berhenti hanya pada mereka. Dengan segenap kemampuan, mereka 'mengkader' adik-adiknya sedemikian rupa, sehingga berhasil merengkuh gelar juara.
Beginilah, cita-cita bekerja dalam kesadaran jiwa yang akan selalu memompa segenap potensi untuk meraih prestasi.
Buah Cita-cita
Dalam sebuah kesempatan Sayyidina Umar berkata, "Janganlah kalian memelihara cita-cita yang kecil. Karena aku tidak melihat kekerdilan jiwa seorang manusia lebih rendah melainkan karena cita-citanya yang kecil".
Artinya, masa depan seseorang, sedikit banyak tidak akan jauh dari apa yang dicita-citakannya sejak kecil. Ahsan dan Tontowi adalah bukti terkini. Bagaimana keduanya berprestasi karena dorongan cita-cita.
Dan, ketika media mengeksplorasi apa rahasia dari keduanya sukses seperti itu, berkali-kali mereka ungkapkan, "Ini memang impian sejak kecil."
Dengan kata lain, kemampuan teknis dan kelihaian mereka memainkan rakit adalah faktor kesekian yang merupakan derivasi dari cita-cita mereka. Tanpa cita-cita, kelihaian itu sendiri tidak akan hadir dalam diri.
Dan, yang terpenting, cita-cita itu mendorong seseorang untuk belajar lebih banyak, berlatih lebih keras dan berdoa lebih khusyuk untuk lebih sering juara.
Ketika ditanya, apa rencana kedepan, kedua pasangan kebanggaan Indonesia itu mengatakan, "Kami akan berlatih lebih keras ke depannya, karena prestasi ini harus berkesinambungan."
Jadi, cita-cita tidak pernah mengantarkan seseorang pada kata selesai. Sebaliknya, cita-cita akan mendorong pemiliknya untuk terus berprestasi sampai mati.
Maka, milikilah cita-cita sejak sekarang, apa pun bentuknya, yang penting positif dan inspiratif. Sebab, cita-cita hari ini akan memberikan buahnya di masa depan nanti. Entah lima tahun, sepuluh, lima belas atau bahkan dua puluh tahun ke depan.
Prinsipnya satu, bercita-citalah dan kawallah cita-cita itu hingga waktu mengantarkan kita pada puncak prestasi.*
________
*) IMAM NAWAWI, penulis adalah kolumnis. Ikuti juga cuitan-cuitannya di @abuilmia
Trending Now
-
Foto: Pixabay PUTUS asa itu biasa. Yang luar biasa adalah ketika kamu mampu bangkit dari keterpurukan. Lalu kembali melawan rasa ketida...
-
ARTIS terkenal Nagita Slavina dikabarkan marah saat dipanggil oleh suaminya, Raffi Ahmad, dengan sebutan yang tidak biasanya. Jika bias...
-
WALAUPUN insiden ini langka terjadi, namun tetap perlu kewaspadaan yang ekstra. Khususnya mengetahui langkah pertama yang harus dilakukan d...
-
BERHUTANG seakan sesuatu yang tidak aneh lagi bagi beberapa orang. Namun jika sejak remaja sudah dibiasakan untuk berutang, maka itu akan m...
-
SEBUAH studi ilmiah yang dilakukan Emory University, Amerika Serikat, belum lama ini menemukan bahwa peran ayah dalam pengasuhan meningkat...