Menariknya, karena buku ini hadir setelah menjalani proses penelitian selama 30 tahun. Dan, dengan bukunya tersebut, Arysio Santos menegaskan kepada dunia bahwa Atlantis yang didefinisikan oleh Plato pada abad sebelum Masehi itu adalah Indonesia!.
Atlantis adalah nama lain dari sebuah peradaban perdana dunia yang menjadi inspirasi para pemikir, politikus, pemimpin, untuk menjadikan negeri yang dikelolanya benar-benar menjadi surga yang membahagiakan. Arysio Santos berulang kali menegaskan bahwa surga itu ada di Timur Jauh yaitu Indonesia.
Menurutnya, di daerah Timur Jauh inilah –dan di luarnya, ke arah timur– budaya bercocok tanam (padi dan padi-padian lainnya) dan beternak mula-mula ditemukan dan dikembangkan. Dua penemuan penting ini memungkinkan manusia menggarap tanah, dan kemakmuran yang dihasilkan membawa mereka menuju peradaban dan pendirian kota-kota pertama yang pernah ada dari sanalah sesungguhnya penemuan-penemuan yang luar biasa ini tersebar ke bagian dunia lainnya (hlm 71-72).
Bahkan Arysio juga memaparkan bahwa peradaban-peradaban besar yang pernah hadir di dunia; lembah Sungai Indus, Mesir, Mesopotamia, Asia Kecil, Yunani, Romawi, dan hingga wilayah-wilayah Amerika (Meksiko, Peru dan sebagainya) kebanyakan adalah koloni bangsa Atlantis dan didirikan pada awal dan akhir Zaman Es terakhir serta sesudahnya oleh mereka yang selamat dari bencana alam, yang dua kali menghancukan Atlantis.
Benarkah Surga Indonesia?
Pemaparan Prof. Arysio Santos dengan buku fenomenalnya itu tentu bukan sebuah saduran dongeng, atau sesuatu yang hanya dilakukan unutk tampil beda. Melainkan sebuah upaya maksimal seorang manusia yang melibatkan segenap potensi jasadiah dan, mungkin juga “ruhaniahnya”, untuk menemukan jawaban atas masalah tentang peradaban perdana dunia yang di dalamnya kehidupan berlangsung sungguh sangat luar biasa indahnya. Maka tidak heran jika kemudian seorang Plato pun menyebutnya sebagai Atlantis.
Secara geografis Indonesia memang negara yang tiada duanya di dunia ini. Berikut dengan segenap kekayaan alamnya, sungguh Indonesia sangat kaya raya. Penjajahan Belanda selama 350 tahun tidak membuat Indonesia bangkrut. Justru merdeka selama 67 tahun ini membuat Indonesia memiliki keuntungan sangat besar atas sumber kekayaan alamnya yang sangat melimpah.
Belum lagi ketika berbicara kekayaan budaya. Bangsa Indonesia bisa dikatakan sebagai bangsa yang paling beradab. Ada tradisi sopan-santun, kesusilaan, ramah-tamah, dan gotong royong. Sebuah tradisi yang barangkali tidak “dimiliki” oleh bangsa manapun di dunia ini selain bangsa Indonesia. Kekayaan budaya seperti itu tidak lahir kecuali dari tempat yang kondusif.
Saya pernah bertemu dengan seorang guru yang sangat bijaksana yang pada tahun 70-an sempat belajar di sebuah universitas di Belanda. Dia menjadi orang yang paling disenangi di angkatannya. Sebab dia adalah orang yang paling suka membantu, peduli, dan perhatian kepada teman-temannya yang berasal dari berbagai negara di dunia.
Ketika dia membantu temannya yang dari Norwegia, sontak sahabat bermata birunya itu bertanya, “Kenapa Anda membantu saya?” Dengan singkat mahasiswa Indonesia tadi menjawab, “Beginilah orang di negeriku mengajariku dalam bersahabat dengan orang lain. Saling membantu, peduli, dan memberikan yang terbaik apa yang kita mampu”.
Begitu juga ketika dia membantu sahabatnya yang dari India, “Anda benar-benar aneh, Anda sungguh manusia hebat,” ujarnya ketika mahasiswa asal Indonesia itu membantu pekerjaannya sampai tuntas.
“Anda tidak rugi dengan semua ini?” tanya mahasiswa India itu lagi. “Oh, tidak, justru ini membuat saya sangat bahagia karena bisa hidup dengan memberi manfaat bagi sahabat saya sendiri. Begitulah orang tua saya mengajarkan tentang hidup”.
Indonesia Hari Ini
Buku Profesor Arysio Santos boleh jadi hanya dianggap bualan kalau diperhadapkan dengan realita bangsa Indonesia hari ini. Meskipun secara sumber daya alam Indonesia memang sangat luar biasa. Bahkan boleh jadi Indonesia sudah berada diujung tanduk dengan ‘cengkeraman’ kuat negara-negara kapitalis yang dengan kekuatan ekonominya sangat leluasa melakukan intervensi kebijakan hampir dalam segala sektor kehidupan bangsa.
Pada saat yang sama upaya sistematis untuk mengikis rasa percaya diri seluruh bangsa Indonesia, entah siapa yang memulai dan di mana, tidak sedikti lagi bangsa Indonesia yang percaya bahwa negeri ini adalah negeri sarang teroris, dan negeri terkorup di dunia. Akibatnya rakyat dan pemerintah berada dalam kubu yang berbeda yang senantiasa terprovokasi untuk saling serang dan saling tidak percaya. Dendangan tentang koalisi dan oposisi pun menjadi sarat sekali dengan nilai hipokrisi.
Lebih jauh ada juga fakta yang memang harus diakui oleh pemerintah hari ini bahwa birokrasi pemerintahan Indonesia masih tergolong rumit dan mungkin paling rumit di dunia. Kemudian kenapa bangsa ini rela menjadi mangsa pasar negara-negara maju; Jepang, China, Eropa, bahkan Malaysia dan Singapura. Maka pantas jika Indonesia hari ini menjadi negeri yang paling terpuruk perekonomiannya.
Tidak berhenti di situ, dekadensi moral pun terjadi di hampir semua lapisan masyarakat hingga yang paling muda; para remaja atau ABG. Menjadi negara yang ramai peredaran narkobanya, juga terjadi peningkatan pengangguran, kebodohan, dan kemiskinan. Sementara di sisi lainnya keberadaan pemimpin-pemimpin dan negarawan yang berwibawa serta visioner sangat langka didapati.
Indonesia juga mencapai rekor tertinggi negeri yang terbanyak memiliki partai-partai politik. Setiap hari negeri ini ribut-ribut soal politik, pemilu, reshufle, calon presiden, dan sedikit sekali yang membahas dengan benar dan serius sumber utama masalah bangsa dan negara. Bahkan Indonesia menjadi negara hukum yang belum pernah 100 % konsekwen dengan tata hukumnya sendiri.
Selalu Ada Harapan
Inilah zaman yang, kata orang Jawa, disebut sebagai Zaman Edan. Yaitu zaman di mana hukum buatan manusia sudah sangat tidak mampu lagi mengatur manusia. Bila bangsa ini punya lagu dengan lirik; ‘Maju tak Gentar Membela yang Benar’ fakta hari ini menunjukkan sebaliknya. ‘Maju tak Gentar Membela yang Bayar’.
Tetapi bagaimanapun sebagai generasi bangsa kita harus bertanggung jawab atas negeri ini. Biarlah Indonesia pernah terpuruk tetapi di tangan kita ke depan negeri ini harus bangkit, maju dan jaya. Kita harus tetap punya optimisme tinggi, tekad yang kuat, dan mental berjuang tanpa kenal lelah. Suatu saat, Insya Allah, negeri yang pernah dijajah beratus tahun ini akan menjadi negeri terhebat di dunia bahkan adikuasa.
Apakah ini bukan optimisme yang berlebihan?. Tentu tidak, kawan!. Negeri ini menjadi terbengkalai seperti sekarang tidak lain karena kesalahan elit negara, pemimpin, dan para stakeholder yang tidak benar-benar berpikir, berbicara, dan bertindak atas landasan iman, ilmu, dan kebenaran yang haq. Akibatnya, segala macam program yang dicanangkan seringkali mengundang pertentangan dan juga tidak jarang berakhir tanpa ketentuan yang jelas.
Saya secara pribadi masih sangat yakin bangsa ini memiliki sosok pemimpin yang masih memiliki akal sehat, iman kuat, dan berjiwa negarawan tinggi. Punya visi ke depan, punya wawasan yang luas dan komprehensif meliputi ilmu-ilmu duniawi dan ukhrowi yang mendalam, berwibawa, bijaksana dan dapat memimpin seluruh rakyat Indonesia.
Kalau kita sendiri tidak yakin, lalu bagaimana pembangunan dan perubahan bisa terwujud. Jika tidak pada orang lain, mengapa kita semua tidak mendesain diri untuk menjadi pemimpin negeri ini. Bukankah semua yang tidak mungkin akan sangat mungkin bahkan terwujud jika Allah berkehendak?.
Maka semua kembali pada diri kita masing-masing para generasi muda. Oleh karena itu, ayo sejak sekarang kenalilah negerimu ini, kokohkanlah keimananmu, kuatkanlah ketaqwaanmu kepada Tuhan, dan tegarkanlah jiwamu dalam menempa diri, ajaklah seluruh teman-temanmu untuk bersamamu memperbaiki diri guna memperbaiki bangsa dan negara.
Sungguh tidak mustahil di tangan kalianlah, wahai Generai Muda, negeri ini akan benar-benar menjadi negeri Atlantis yang pernah diimpikan Plato, diteliti Arysion Santos, dan diperdebatkan banyak ilmuwan, sedangkan kalian semua membuktikan dengan segala fakta,data, dan aksi nyata. Maka semangatlah wahai generasi muda, tugasmu adalah memperbaiki wajah bangsa kita.[KTC]
*Imam Nawawi adalah kolumnis www.kaltimtoday.com dan Perintis Kelompok Studi Islam (KSI) Loa Kulu, serta Mantan Perintis dan Ketua Pengurus Daerah Pelajar Islam Indonesia (PII), Kutai Kartanegara, Kaltim.